Salam
sejahtera mak cik... pak cik... pak ngah... mak lung... atuk... nenek... sanak
sedagho semuonyo... Apo kabo?? :D Sayo niat buat blog ini untuk melestarikan
budayo kito... :D Dah cukup banyak dah budayo awak yang tenggelam oleh masa.
Tak nampak dan tak taghu ntah kemano... Ni ha...!!! Sayo mencoba menrangkum
semuo adat-istiadat, wisata, kuliner, yang ado di tanah Istana tercinto ini...
Simak elok-elok ee... :D Tak mungkin pulak, awak yang yang tinggal di tanah
melayu ni, lupo akan budayo awak soghang... yo dak??
blog kali ini, sao khususkan dulu untuk pariwisata yang ada di Siak Sri Indrapura ... :3 :D
blog kali ini, sao khususkan dulu untuk pariwisata yang ada di Siak Sri Indrapura ... :3 :D
SIAK
SRI INDRAPURA
1.
Pariwisata
di Siak Sri Indrapura
Kota Siak Sri
Indrapura merupakan ibu kota dari Kabupaten siak., Provinsi Riau. Kabupaten
Siak terenal sebagai penghasil minyak bumi dengan standard terbaik di
Indonesia. Kota yang mendapat julukan negeri istana ini berada di tepi aliran
sungai Siak menyimpan begitu banyak keindahan. Selain pesona alamnya yang hijau
terdapat juga perkebunan produktif yang membuat siak menjadi layak dijadikan
salah satu wilayah tujuan agrowisata. Untuk mencapai kota Siak dapat dilalui
dari jalur darat maupun air. Terdapat banyak pariwisata di Siak Sri Indrapura
yang harus menjadi pertimbangan wisatawan untuk mengunjunginya. Diantaranya
yaitu sebagai berikut :
a.
Istana
Siak
Kerajaan
Siak sendiri merupakan kerajaan yang berdiri lebih dari dua abad, yaitu tahun
1723 hingga 1946. Kerajaan Siak awalnya adalah pecahan dari Kerajaan Melayu
yaitu antara Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Raja Kecil) dan Sultan Suleiman
yang dibantu oleh Bugis. Sultan Abdul Jalil akhirnya tersingkir dan berpindah
tempat yaitu ke Johor, Bintan, Bengkalis, hingga akhirnya ke pedalaman Sungai
Siak, di Buantan sekitar 10 km di hilir kota Siak Sri Indrapura sekarang.
Kerajaan Siak berkali-kali berpindah ibu kota yaitu di Buantan, Mempura,
Senapelan, Mempura, dan terakhir di Kota Tinggi atau Siak Sri Indrapura. Istana
ini dibangun saat kepemimpinan Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil
Syaifuddin pada tahun 1889.
Dijuluki
sebagai Istana Matahari Timur dan bernama asli Assiyaratul
Hasyimiah. Istana Siak memiliki perpaduan arsitektur
Melayu-Arab-Eropa.
Di puncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Pada halaman istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana sementara di sebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil yang dahulunya digunakan sebagai penjara sementara.
Pada dinding istananya dihiasi keramik yang didatangkan dari Prancis. Bangunan istana ini berlantai dua, dimana di lantai bawah terbagi menjadi 6 ruangan sidang, ruang tamu kehormatan, ruang tamu untuk laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, dan ruang sidang kerajaan sekaligus ruang pesta. Sementara lantai atas meliputi 9 ruangan untuk Sultan dan ruang untuk tamu kerajaan
Terdapat banyak benda peninggalan sejarah yang ada di istana siak yang menjadi daya tarik wisata di tempat ini. berikut ini adalah beberapa peninggalan sejarah yang terdapat di istana Siak:
1.
Gendang
Pada lantai pertama dari bangunan ini ber
isikan koleksi koleksi Istana. Dimulai dari gendang tua. Gendang tua ini, sudah
berumur sekitar 200 tahun. Hanya di bunyikan pada saat pelantikan raja. Raja
ter akhir dari kerajaan ini adalah Sultan Syarif Kasim II yang di lantik
menjadi raja pada tahun 1914 saat berumur 21 tahun.Dan setelah raja Sulta
Syarif Kasim II wafat pada umur 74 tahun, tidak ada lagi pengangkatan raja.
Sehingga gendang ini tidak lagi di bunyikan.
2.
Komet
Pada
sisi sebelah kanan dari istana, terdapat sebuah alat musik klasik yang
berasal dari Jerman. Alat musik ini di beri nama Komet yang hanya ada 2
didunia. Pertama berada di negera asal nya Jerman dan satu lagi berada di
Indonesia. Untuk memainkan alat musik ini, terlebih dahulu memutar bagian dalam
dari alat musik ini, lalu piringan baja berdiameter 50 cm akan memutar
secara otomatis. Jika di analogikan komet ini adalah fersi besar dari Gramafon.
Koleksi piringan yang raja bawa adalah karya karya dari Bethoven dan Bach.
3.
Patung
Ratu Wilhelmina
Patung Perunggu dari Ratu Wilhelmina,
patung ini merupakan pemberian dari Kerajaan Belanda untuk Raja, patung ini di
kirim langsung ke pada raja oleh pemerintah Belanda.
4.
Patung
Raja
Koleksi selanjut nya adalah Patung Raja
dari Batu Pualam dan bermatakan berlian. Patung ini di buat pada tahun 1889.
Patung pualam ini adalah patung dari Sultan Syarif Hasyhim I, raja yang nanti
nya di gantikan oleh Sultan Syarif Kasim II.
Di Istana Siak terdapat beragam koleksi
warisan kerajaan berupa kursi singgasana yang bersepuh emas, duplikat mahkota
kerajaan, brankas kerajaan, tombak, payung kerajaan, cermin permaisuri,dan
banyak lagi koleksi istana lainnya . Saat ini beberapa koleksi benda antik dari
Istana Siak Sri Indrapura disimpan di Museum Nasional Jakarta. Di halaman istana terdapat sebuah kapal , pos
penjagaan, dan sumur tua serta sebuah rumah yang menjual berbagai sovenir khas
siak.
b.
Masjid
Raya Sahabudin dan Makam
Masjid Syahabuddin merupakan masjid Kerajaan Siak. Nama Syahabuddin diambil dari kata syahad, satu suku dari Arabia asal dari sultan kerajaan Siak. Masjid ini ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Kasim I dengan ukuran 21.6 x 18.5 meter. Arsitektur bangunan ini perpaduan antara Timur Tengah dan Eropa. Masjid ini berada 500 m di depan istana siak. Masjid ini merupakan peninggalan kerajaan Siak yang di bangun di tepi sungai siak. ,asjid ini bentunya khas dan unik dan di dalamnya terdapat mimbar yang terbuat dari kayu berukirkan indah bermotifkan daun, sulur dan bunga.
Di sebelah masjid ini terdapat makam pahlawan nasional Riau yaitu Sultan Syarif Khasim II dan beberapa anggota keluarga. Bangunan ini telah mengalami perbaikan beberapa kali namun masih tetap mempertahankan bentuk aslinya.
Balai Kerapatan Tinggi terletak di
pinggir sungai Siak berhadapan langsung dengan muara sungai mempura. Bangunan
ini sangat unik karena terdapat 2 arah pintu masuk yaitu dari sungai dan dari
darat (jalan raya). Bangunan ini digunakan untuk sidang perkaradan juga
berfungsi sebagai gedung pembatalan sultan.
Gedung ini memiliki tiga tangga untuk naik ke lantai 2, dimana tempat sidang selalu dilaksanakan. Tangga utama menghadap ke sungai sedangkan yang lain ke timur. Tangga ini terbuat dari besi sedangkan yang lainnya terbuat dari kayu. Jika suatu perkara sudah dijatuhan maka bagi yang kalah turun ke lantai dasar dengan menggunakan tangga kayu dan langsung menuju dijil (penjara) yang tidak jauh dari situ. Sedangkan bagi yang menang akan turun dari tangga besi dan langsung menuju jalan raya.
Hingga saat ini balai kerapatan ini dirawat sebagai salah satu aset sejarah yang tidak ternilai harganya dan juga digunakan sebagai Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Klenteng
ini bernama Hock Siu Kiomg. Klenteng ini diperirakan berusia ratusan tahun,
karena dari data yang ada di istana salah satu etnis yang berada di Siak adalah
etnis Tionghoa. Warga Tionghoa kala itu, menjadi salah satu tulang punggung
kejaan ekonomi kerajaan Siak. Terdapat beberapa piala ucapan selamat kepada
Sultan dari taipan (pengusaha besar) warga Tionghoa saat ulang tahun kerajaan
maupun sultan., tersimpan di istana. Kebanyakan etnis Tionghoa berprofesi
sebagai pedagang.
Klenteng berlokasi di pusat pasar tua kota Siak. Selain menjadi salah satu ikon pariwisata sejarah yang dimiliki oleh Kabupaten Siak kleneng ini selalu dikunjungi oleh wisatawan ataupun oleh warga keturanan Tionghoa yang ingin bersembahyang semisal padahari kebesaran Dewi setiap tanggal 1 dan 15 imlek atau pada tahun baru imlek.
Kolam
hijau adalah salah satu peninggalan pada masa kerajaan Siak. Pada zaman dahulu
kolam ini digunakan sebagai salah satu tempat untuk mengasah benda seperti
pedang, keris, tombak, dan lain-lain sebagainya. Selain itu kolam hijau ini
zaman dahulunya digunakan sebagai tempat pemandian raja Kecik yang merupakan
salah satu pendiri Kerajaan Siak. Lokasi Kolam Hijau ini terletak di desa
Buantan Besar, Kec. Siak, Kab.Siak.
Kolam ini dinamakan kolam hijau karena air yang menggenangi kolam tersebut berwarna hijau. Hingga saat ini air dikolam itu masih berwarna hijau walaupun airnya tidak sepekat pada masa kerajaan dulunya. Oleh Pemerintah Kabupaten Siak saat ini, kolam ini dijadikan sebagai salah satu tempat pariwisata bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan langsung situs sejarah milik Kerajaan Siak di masa lampau. Jalan akses untuk menuju kolam hijau sudah diaspal dan mulus. Selain itu di sekitar kolam, terdapat banyak tempat maan dan minum yang menawarkan banyak makanan khas Siak.
Selain Istana Siak Indrapura, tempat
wisata lain yang terdapat di kabupaten Siak adalah Jembatan Istana Siak. Nama
jembatan ini diambil dari nama istri Raja Siak Sultan Syarif Hashim. Jembatan
ini diresmikan tanggal 11 agustus 2007 dan peresmiannya oleh Bapak Presiden
Republik indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.Jembatan ini menghubungkan ibukota
kabupaten Siak dengan daerah-daerah di sekitarnya seperti Siak Raya, Benteng
Hulu dan lain-lain.
Jembatan ini dibangun melalui sistem cable stayed, dengan kontruksi modern. Jembatan ini dirancang sejak tahun 2001 oleh tim ahli dari ITB memiliki panjang 1.196 m, lebar 16,95 m, dan ditambah 2 trotoar 2,25 m. Ketinggian jembatan ini mencapai 23 m diatas permukaan air sungai siak yang lebarnya mencapai 300 m.
Daya tarik dari jembatan ini adalah terdiri dari 4 jalur yang design warnanya di dominasi oleh warna kuning yang merupakan lambang dari melayu.
Pada bagian atas jembatan berdiri 2 menara masing-masing setinggi 80 m yang dilengkapi oleh dua buah lift untuk mencapai puncak menara. Pada kedua menara itu dibangun lokasi kafe sehingga pengunjung bisa menikmati keindahan panorama kota siak yang dilintasi oleh sungai.
Selain menjadi daya tarik wisata, jembatan ini sangat dirasakan manfaatnya oleh warga sekitar karena transportasi yang dulunya menggunakan feri atau sampan kini beralih ke jembatan.
Masjid ini berda tepat di tepi sungai
Siak dan Jembatan Siak. Masjid ini mepunyai 5 kubah besar yang di dominasi oleh
warna biru yang dipadu dengan warna kuning. Masjid ini diperkirakan bisa
menampung 1000 jemaah solat. Terdiri dari ruang utama dan beranda, berhias
ornamen Arab dan Melayu. Masjid ini juga
dilengapi dengan perpustakaan dan taman masjid. Di salah satu pintu
masuk terdapat menara yang menulang tinggi. Tempat ini merupakan pusat
pengajaran islam di Siak.
Turap adalah bantaran sungai yang
dibangun oleh Pemda di sepanjang pinggiran sungai Siak di seputaran kota Siak
Sri Indrapura. Di turap banyak sekali kafe-kafe dan warung-warung yang menjual
berbagai makanan dan minuman. Dari bantaran sungai ini pengunjung dapat
menikmati panorama sungai siak dan jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah dari
kejauhan. Pada sore hari juga pengunjung dapat menikmati sunset di atas sungai
siak yang berwarna keemasan dan pada malam hari pengunjung dapat menikmati
lampu indah di sepanjang jembatan. Untuk memanjakan wisatawan, di sepanjang
turap disediakan Wi-Fi gratis.
Danau Zamrud yang terletak di Desa
Zamrud, Kabupaten Siak, Riau pada awalnya adalah dua danau yang berdampingan,
yaitu Danau Pulau Besar dan Danau Bawah. Sejak tanggal 25 November 1980,
kawasan danau dan hutan yang memiliki pemandangan khas hutan rawa primer ini
ditetapkan pemerintah sebagai kawasan suaka margasatwa.
Danau
yang berada di hamparan ladang minyak bumi Coastal Plan Pekanbaru (CPP) Block
yang dikelola pemerintah daerah Kabupaten Siak ini memiliki panorama alam yang
memikat dan eksotik. Udaranya yang sejuk dan bersih, serta jauh dari hiruk
pikuk penduduk dan kebisingan kota, dapat dijadikan sebagai tempat alternatif
bagi pengunjung untuk melepas penat atau sekadar untuk mencari inspirasi.
Keunggulan kawasan ini terletak pada perpaduan konsep Taman Nasional Ujungkulon di Provinsi Banten dan Danau Toba dengan Pulau Samosirnya yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Di kawasan ini masih ditemukan berbagai jenis satwa yang langka dijumpai di tempat lain. Seperti ikan Arwana emas (schleropages formasus), ikan Balido, Harimau Sumatera (pantheratigris sumatrensis), Beruang Merah (helarctos malayanus), serta beraneka jenis ular. Bahkan kicauan burung Serindit (loriculus galgulus) yang menjadi ikon Provinsi Riau, dapat ditemukan di kawasan ini.
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim
(TAHURA SSH) ditetapkan sebagai wilayah konservasi. Salah satu yang menjadi
daya tarik tahura dalah selain dekat dengan Ibukota Provinsi Riau, Peknbaru
Tahura SSH memiliki keragaman jenis flora yang cukup tinggi. Tercatat lebih
dari 127 jenis flora yang merupakan tumbuhan asli Tahura.
Selain
keanekaragaman jenis flora, kawasan Tahura SSH juga memiliki kenekaragaman
jenis fauna yang cukup tinggi. Sedikitnya dapat dijumpai 42 jenis burung , 4
jenis reptilia dan mamalia. Di kawasan ini terdapat burug yang hanya ada di
Sumatera (burung melayu) yaitu burung serindit melayu dan berbagai jenis burung
lainnya.
Disamping
keadaan alamnya sendiri yang potensial sebagai tempat wisata juga terdapat
beberapa objek yang dapat dinikmati antara lain : sumber air, panorama alam
hutan. Beberapa Kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain : lintas alam
dan berkemah. Tahura dilengkapi dengan
sarana pendukung lainnya seperti pendopo, camping ground, bumi perkemahan,
tempat bermain anak, kantor dan guest house, sarana ibadah, panggung kesenian,
gazebo, jogging trac, dan sarana outbond.
k.
Monumen
Pompa Angguk
Monumen pompa angguk ini terletak di daerah Minas, daerah yang terkenal dengan hasil minyak bumi yang menjadi standard terbaik di dunia. Pompa angguk ini di buat sebagai tempat pengeboran minyak. Pompa ini juga dikenal sebagai tempat penemuan titik minyak pertama di Indonesia.
Saat ini pompa
minyak pertama ini tidak beroperasi lagi karena minyaknya telah kering. Pompa ini dijadikan sebagai monumen sejarah
perminyakan di Riau yang berdiri megah di kota Minas dan terus mengangguk
setiap saat.
Terima kasih dah bekunjung di blog sayo,,, nantikan blog-blog baru selanjutnyo ee,,, :D sekilas wisata dari tanah melayu Siak Sri Indrapura... :D <3
Terima kasih dah bekunjung di blog sayo,,, nantikan blog-blog baru selanjutnyo ee,,, :D sekilas wisata dari tanah melayu Siak Sri Indrapura... :D <3