KASUS
Dengan dikeluarkannya Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum 2013, maka sekolah tempat penulis mengajar langsung
menerapkan kurikulum tersebut atas inisiatif sendiri. Sehebat apapun kurikulum tanpa guru sebagai pelaksana, tanpa didorong
oleh kemauan dan keahlian serta kreatifitas guru semuanya tidak akan berjalan
lancar. Karena guru diibaratkan sebagai supir yang akan membawa siswa ke tempat tujuan dengan selamat.
Pada
awal implementasi Kurikulum 2013, kondisi sekolah tempat penulis bekerja masih
banyak kekurangan-kekurangan dalam pengimplementasiannya dikarenakan kesiapan
guru yang belum matang, belum memahami sepenuhnya tentang Kurikulum 2013,
kesiapan peserta didik belum sepenuhnya menerima perbedaan cara belajar, belum
lengkapnya sarana dan prasarana yang menunjang dalam mengimplementasikan
Kurikulum 2013, juga kondisi dan dinamika kelas yang belum bisa diarahkan ke
pembelajaran tematik terpadu. Akibatnya dua tahun pertama sejak
mengimplementasikan Kurikulum 2013 terjadi penurunan dari hasil belajar peserta
didik.
Dalam
implementasinya manajemen kelas tidak terlepas dari masalah hambatan-hambatan,
guru harus dapat mencari solusi untuk mengatasi hambatan tersebut dengan
pendekatan yang tepat, guna mewujudkan penerapan manajemen kelas yang efektif.
Dalam kenyataannya di lapangan bahwa prilaku peserta didik selalu berubah dari
waktu ke waktu, masih banyak guru yang teknik mengajarnya masih mengacu pada
paradigma lama sedangkan pendidikan harus mengikuti perkembangan jaman, masih
rendahnya pemahaman kurikulum yang baru diterapkan, sehingga kurang optimalnya
dalam menerapkan manajemen kelas dalam proses belajar mengajar.
Menurut data empiris yang ada di lapangan pada awal penerapan manajemen kelas secara umum dalam
Kurikulum 2006 ataupun dalam
implementasi Kurikulum 2013, terungkap adanya permasalahan sebagai berikut:
Tabel 1.2
Manajemen kelas di SDN
Luginasari 1
No
|
Permasalahan
|
Prosentase
|
Capaian
|
1
|
Pelatihan manajemen kelas
|
Baru 33% yang pernah memperoleh pelatihan manajemen
kelas.
|
Sebanyak 67% guru belum paham tentang manajemen
kelas.
|
2
|
Penilaian kelas.
|
Hanya 22% yang cukup paham tentang penilaian kelas.
|
Sebanyak 78% guru belum dapat mengembangkan
penilaian berbasis kelas.
|
3
|
Sarana prasarana
|
Sekitar 44% tersedianya sarana seperti in fokus,
buku pelajaran dan media pembelajaran.
|
Sebagian guru tidak dapat mengembangkan metode
mengajar karena keterbatasan sarana.
|
4
|
Ventilasi dan pencahayaan ruangan.
|
Ada 66% ruang kelas yang cukup ventilasi dan
pencahayaan.
|
Ada satu ruang kelas yang agak gelap perlu lampu.
|
5
|
Meja dan kursi peserta didik sudah banyak yang
rusak.
|
Sekitar 50% yang masih baru.
|
Setengahnya dari meja dan kursi peserta didik sudah
rusak.
|
6
|
Penilaian portofolio.
|
Dari sembilan guru baru 44% yang paham tentang
portopolio.
|
Sebanyak 56 % belum memahami portopolio.
|
7
|
Pembelajaran proyek
|
Dari sembilan guru baru 44% yang paham tentang
pembelajaran proyek.
|
Sebanyak 56 % belum memahami cara menerapkan
pembelajaran proyek pada pembelajaran.
|
8
|
Masih banyak kesalahan dalam penerapan diskusi
kelompok
|
Sebanyak 44% guru bisa membimbing dalam pembelajaran
diskusi kelompok di kelas.
|
Sebanyak 56 % guru belum dapat membimbing diskusi
kelompok yang sebenarnya di kelas.
|
9
|
Pemakaian ruang kelas masih bergilir, satu kelas
dipakai dua atau tiga rombel secara bergantian.
|
Seratus persen ruang kelas digunakan secara
bergilir.
|
Semua ruang kelas digunakan secara bergilir oleh 9
rombel dari 4 ruang kelas.
|
10
|
Jumlah peserta didik
melebihi kuota yang seharusnya dalam satu kelas.
|
Ada 67 % kelas yang jumlah muridnya dibawah 25
siswa.
|
Ada 33% kelas yang jumlah muridnya melebihi dari 36
siswa.
|
11
|
Hasil belajar
|
Terjadi penurunan hasil belajar dengan perolehan
nilai ujian akhir yang semakin turun.
|
Penurunan jumlah siswa yang diterima di SMP Negeri.
|
Sumber : hasil angket prasurvey 2016.
Tabel 1.3
Hasil Belajar peserta
didik lima tahun terakhir di SDN Luginasari 1
Kelas
|
Kurikulum 2006
|
Kurikulum 2013
|
|||
2012/2013
|
2013/2014
|
2014/2015
|
2015/2016
|
2016/2017
|
|
1
|
88
|
87
|
86
|
89
|
90
|
2
|
85
|
83
|
84
|
85
|
85
|
3
|
80
|
78
|
75
|
80
|
80
|
4
|
82
|
75
|
72
|
78
|
79
|
5
|
84
|
77
|
75
|
78
|
80
|
6
|
85
|
76
|
76
|
77
|
78
|
Sumber: data nilai rata-rata pertahun,Tata Usaha SDN
Luginasari 1 2016
Dilihat dari data hasil pra survey, ternyata banyak guru yang
masih bingung dalam menerapkan manajemen
kelas terutama dalam upaya meningkatkan hasil belajar,
cara-cara penilaian, kurangnya sarana dan prasarana. Terlebih lagi dalam implementasi Kurikulum
2013, karena implementasi Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran yang kongkrit
serta menyeluruh yang akan menghabiskan biaya dan waktu sedangkan sarana dan
prasarana sangat kurang. Dari hasil angket pra survey yang lebih mendasar dari
semua permasalahan adalah upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Mutu sekolah bisa dilihat dari banyaknya lulusan yang diterima di sekolah
negeri, maka dari itu dalam menghadapi penurunan hasil belajar dalam
implementasi kurikulum 2013 yaitu dengan meningkatkan manajemen kelas sebagai
upaya untuk meningkatkan hasil belajar.
ANALISIS
A.
Kajian
Teori
1.
Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen
kelas merupakan kemampuan dan keterampilan guru dalam mendayagunakan dan
mengatasi berbagai hambatan dalam kelas dengan menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif dan efektif dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan
menilai hasil pembelajaran sehingga tujuan yang diharapkan tercapai dengan
optimal.
Menurut Euis Karwati dan
Donni Juni (2015: 6), mengungkapkan bahwa:
Manajemen kelas
adalah usaha sadar untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan,
serta melaksanakan pengawasan atau supervisi terhadap program dan kegiatan yang
ada di kelas sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara
sistematik, efektif, dan efisien, sehingga segala potensi peserta didik mampu
dioptimalkan.
Jadi manajemen kelas adalah Kegiatan
dan kemampuan guru dalam mendayagunakan semua potensi kelas baik pisik maupun
fsikis supaya tercapai pembelajaran dengan optimal.
2.
Tujuan dan Fungsi Manajemen kelas
Tujuan manajemen kelas menurut
Syaiful Bahri Djamarah (2012: 78) adalah sebagai berikut:
a. Agar pengajaran dapat dilakukan
secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
b. Untuk memberi kemudahan dalam usaha
memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan manajemen kelas guru mudah
untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/ perkembangan yang dicapai siswa,
terutama siswa yang tergolong lamban.
c. Untuk memberi kemudahan dalam
mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas demi perbaikan
pengajaran pada masa mendatang.
Jadi manajemen kelas dimaksudkan
untuk menciptakan kondisi di dalam kelompok kelas berupa penciptaan lingkungan
kelas yang baik dan kondusif untuk melaksanakan pembelajaran. Secara khusus
manajemen kelas terbagi menjadi dua yaitu tujuan untuk siswa dan tujuan untuk
guru.
Adapun fungsi manajemen kelas
sebenarnya merupakan implementasi dari fungsi-fungsi manajemen yang
diaplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran secara efektif. Berikut fungsi penerapan manajemen kelas menurut Euis Karwati dan Donni Juni (
2014: 20-23) dalam
bukunya, Manajemen kelas.
a.
Fungsi Perencanaan kelas
Merencanakan merupakan proses
pemikiran dan penetapan secara matang tentang arah, tujuan, tindakan, sumber
daya, sekaligus metode atau teknik yang tepat untuk diterapkan dan digunakan guru di dalam
kelas. Fungsi perencanaan kelas untuk:
a)
Menjelaskan dan merinci tujuan dan fungsi yang ingin dicapai;
b)
Menetapkan aturan yang harus diikuti agar tujuan dapat
tercapai dengan efektif;
c)
Tugas
guru sebagai motivator dan inovator;
d)
Memberikan tanggung jawab secara individu;
e)
Memperhatikan serta memonitor berbagai aktivitas yang
ada di kelas agar tercapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
b.
Fungsi Pengorganisasian kelas
Fungsi pengorganisasian kelas supaya
rencana yang telah ditetapkan berlangsung dengan sukses.
a)
Menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan kelas;
b)
Merancang dan mengembangkan kelompok belajar yang
berisi peserta didik dengan kemampuan yang bervariasi/ pemetaan kemampuan;
c)
Mengembangkan
RPP yang telah dibuat dengan berbagai metode, teknik, strategi, dan pendekatan
yang sesuai;
d)
Menugaskan kelompok belajar dalam suatu tanggung jawab
dan fungsi tertentu;
e)
Menata
dan mengorganisasikan fasilitas kelas yang ada.
f)
Mendelegasikan wewenang pengelolaan kelas kepada
peserta didik.
c.
Fungsi Kepemimpinan kelas
Fungsi kepemimpinan kelas merupakan
bagian dari tanggung jawab guru. Dalam hal ini guru perlu memimpin,
mengarahkan, memotivasi, dan membimbing peserta didik untuk dapat melaksanakan
proses belajar dan pembelajaran yang efektif sesuai dengan fungsi dan tujuan
pembelajaran.
d.
Fungsi Pengendalian Kelas
Pengendalian adalah proses yang sulit
di dalam kelas karena terdapat berbagai karakter peserta didik. Kegiatan di
dalam kelas dimonitor, dicatat dan kemudian dievaluasi agar dapat dideteksi
kekurangan dan kelebihannya sesuai rencana atau tidak. Elemen proses
pengendalian yaitu:
a)
Menetapkan standar penampilan kelas;
b)
Menyediakan alat ukur standar penampilan kelas;
c)
Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah
ditetapkan;
d)
Mengambil tindakan korektif saat terdeteksi
penyimpangan-penyimpangan yang tidak
sesuai dengan tujuan kelas.
3. Faktor pendukung Manajemen Kelas
Faktor pendukung manajemen kelas
menurut Hadari Nawawi( 1989: 116), diantaranya kurikulum, bangunan dan sarana,
guru, murid, dan dinamika kelas.
a) Kurikulum, merupakan aktifitas siswa
di kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi
pembentukan pribadi siswa. Dalam pengertian modern kurikulum bersifat dinamis,
harus dirancang sebagai pengalaman edukatif yang menjadi tanggungjawab sekolah
dalam membantu anak dalam mencapai tujuan pendidikan yang diselenggarakan
secara berencana, sistematik, dan terarah serta terorganisir.
b) Bangunan dan sarana, letak dan
dekorasi harus disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan, perlu kreatifitas
dalam mengatur pendayagunaan ruang/gedung.
c) Guru, dalam menyusun program harus
diwujudkan menjadi kegiatan nyata. Menurut Rusyan( 1991: 135), guru adalah
seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya tanpa campur tangan orang lain.
d) Peserta didik, adalah potensi kelas
yang harus diberdayakan guru dalam proses belajar mengajar yang efektif.
Menurut Nawawi ( 1989: 125-127), peserta didik sebagai unsur kelas yang
memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting bagi terciptanya situasi
kelas yang dinamis. Setiap peserta didik harus memiliki perasaan diterima
terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas, untuk bisa
menentukan sikap bertanggungjawab terhadap kelas secara langsung pada
pertumbuhan dan perkembangan masing-masing.
e) Dinamika kelas, kondisi kelas yang
memiliki dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui
kreatifitas dan inisiatif peserta didik sebagai suatu kelompok. Jumlah peserta
didik yang terlalu banyak akan mewarnai dinamika kelas, semakin banyak jumlah
peserta didik di kelas akan cenderung lebih mudah munculnya konflik yang
menyebabkan ketidaknyamanan di kelas begitupun sebaliknya.
4.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
Menurut Djamarah (2006: 184) dalam Euis dan
Donni ( 2014: 28-32), keberhasilan manajemen kelas dalam memberikan dukungan
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain:
A. Lingkungan fisik
a)
Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Pelajar Mengajar.
Ruangan tempat belajar
harus memungkinkan semua peserta didik bergerak leluasa, tidak
berdesak-desakan, dan saling mengganggupada saat melaksanakan aktivitas
belajar.
b)
Pengaturan Tempat Duduk.
Dalam pengaturan tempat
duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian
guru dapat mengontrol tingkah laku peserta didik.
c)
Ventilasi dan Pengaturan Cahaya.
Suhu, ventilasi dan
penerangan adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman.
d)
Pengaturan Penyimpanan Barang-barang.
Barang- barang
hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera
diperlukan dan digunakan, di jaga kebersihan dan kerapian, dan keamanannya.
B. Kondisi sosio-Emosional
a) Tipe
Kepemimpinan.
Peranan guru dan tipe
kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Apakah guru
melaksanakan kepemimpinannya dengan demokratis, otoriter, atau adaptif.
b) Sikap Guru.
Guru harus tetap sabar
dan bersahabat menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah, bahwa
tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Ciptakan suatu kondisi yang
bisa menyebabkan peserta didik sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan
untuk memperbaiki kesalahannya.
c) Suara Guru.
Suara guru hendaknya
relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan
kedengarannya rileks cenderung akan mendorong peserta didik untuk memperhatikan
pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan.
d) Pembinaan
Hubungan Baik.
Hal yang sangat penting
dalam pengelolaan kelas, karena akan menciptakan hubungan baik guru-peserta
didik, diharapkan peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistis, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukan
serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
C. Kondisi Organisasional
a) Faktor
Internal Peserta Didik.
Berhubungan dengan
masalah emosi, pikiran, dan prilaku. Kepribadian pesrta didik dengan ciri
khasnya, menyebabkan pesrta didik berbeda dari peserta didik lainnya, dilihat
dari kondis biologi, intelektual dan psikologis.
b) Faktor
Eksternal Peserta Didik.
Berkaitan dengan
masalah suasana lingkungan belajar, penempatan peserta didik, pengelompokan
peserta didik, jumlah peserta didik, dan sebagainya.
5. Pengertian Hasil
Belajar
Hasil belajar atau learning outcome menurut Jenkins dan
Unwin (Uno, 2010: 17) adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang
mungkin dikerjakan peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya.
Menurut Muhibbin Syah dalam Euis Karwati ( 2014: 214-216), mengungkapkan bahwa hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar peserta didik.
6.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Hasil Belajar
a.
Faktor Internal.
Beberapa
faktor internal yang mempengaruhi proses belajar peserta didik menurut
Aunnrrahman (2011: 178-185) diantaranya adalah ciri khas/ karakteristik peserta
didik, sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah
bahan belajar, menggali hasil belajar, rasa percaya diri, dan kebiasaan
belajar. Adapun faktor eksternalnya seperti faktor guru, lingkungan sosial, kurikulum,
sarana dan prasarana.
a)
Faktor
Fisiologis/ Jasmaniah, seperti: kesehatan atau
kelainan fungsi pada tubuh jasmaniah peserta didik akan memberikan pengaruh
terhadap kegiatan belajar yang dialaminya
b)
Faktor
Psikologi, seperti: minat, bakat, intelegensi/ kecerdasan,
motivasi, perhatian,
c)
Faktor
kematangan, seperti: kematangan, kesiapan, kelelahan.
b.
Faktor Eksternal.
a) Faktor enfironmental Input (Lingkungan), seperti: lingkungan
masyarakat, lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan alami.
b)
Faktor
Instrumental Input, seperti: faktor kurikulum, bahan/ program yang
dipelajari, sarana dan prasarana, dan faktor guru.
B.
Analisis
berdasarkan pengalaman empirik di lapangan
Hasil belajar dalam kaitannya dengan manajemen kelas
sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar, guru
dengan tupoksinya yakni merencanakan, melaksanakan, menilai dan
memberikan bimbingan pada umumnya dapat dikatakan telah menunjukan aktivitas
yang didasari oleh kemampuan manajemen kelas.
1. Permasalahan
manajemen kelas di SDN Luginasari 1 Kota Bandung.
Sebagian
besar guru masih menerapkan paradigma lama dalam memanajemen kelas. Manajemen/
Pengelolaan kelas masih dikaburkan dengan pengertian pengelolaan pembelajaran,
hal ini dikarenakan belum adanya diklat khusus tentang manajemen kelas, selain
itu dengan kurang lengkapnya sarana dan prasarana, latar belakang peserta
didik, serta daya dukung dan pengertian dari orang tua, memungkinkan terjadinya
hambatan dalam pelaksanaan manajemen kelas terutama dalam meningkatkan hasil
belajar. Beberapa
hal yang menyebabkan penurunan hasil belajar peserta didik, seperti
keterbatasan sarana, kurangnya waktu belajar, atau penerapan kurikulum baru
yang masih perlu penataan, kurangnya buku sumber/ pegangan peserta didik dan
sebagainya. Beberapa tahun terakhir ini terjadi penurunan hasil belajar,
terbukti dengan penurunan jumlah peserta didik yang diterima di sekolah negeri.
2. Permasalahan
manajemen kelas pada implementasi Kurikulum 2013 sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar di SDN Luginasari 1 Kota Bandung.
Penerapan
manajemen kelas dalam implementasi Kurikulum 2013 sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar, pada pelaksanaannya menemukan permasalahan-permasalahan yang
datang dari berbagai segi, baik dari segi guru sebagai pelaksana dalam
memanajemen kelas atau dari peserta didik itu sendiri. Peran dan fungsi guru
disini dituntut untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada dengan
melaksanakan langkah-langkah manajemen mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian kelas. Permasalahan dari
peserta didik seperti dari faktor internal dan faktor eksternalnya, baik
kelompok maupun perorangan.
Guru dalam kinerjanya sebagai
ujung tombak pelaksanaan pembelajaran di sekolah harus benar-benar mahir dalam mengelola
pembelajaran khususnya di kelas. Karena kelas merupakan media pertemuan segala
komponen pendidikan.
3. Solusi pada manajemen kelas dalam implementasi
Kurikulum 2013 sebagai upaya meningkatkan hasil belajar di SDN
Luginasari 1 Kota Bandung.
Karena
manajemen kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penciptaan
kelas yang kondusif dan efektif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar
antara guru dengan peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru
perlu memperhatikan tindakan yang bersifat preventif dan bersifat korektif. Berbagai
pendekatan pembelajaran dalam manajemen kelas bisa juga diterapkan dalam
mengatasi permasalahan atau hambatan dalam pelaksanaan manajemen kelas. Guru
tinggal mengaplikasikannya dalam setiap permasalahan.
4.
Saran
Dari hasil temuan yang sangat esensial adanya
kecenderungan menyamakan pengelolaan kelas dengan pengelolaan pembelajaran,
yang selama ini masih menganut paradigma lama dalam melaksanakan proses
kegiatan belajar mengajar di kelas, duduk, dengar, catat, hapal. Untuk mengatasi
hal tersebut diketahui adanya potensi bahwa guru memerlukan dedikasi tinggi
dalam manajemen kelas untuk memotivasi peserta didik yang perlu dididik dan
diarahkan dalam masa tumbuh kembang peserta didik. Atas dasar itu maka
disarankan:
1. Peserta didik
a.
Membangun
motivasi belajarnya ( faktor internalnya) yang didukung oleh keluarga atau
orang terdekat.
b.
Membiasakan
sikap positif belajar dalam
menghadapi berbagai kesulitan dan
belajar mandiri.
2. Guru
a.
Harus
membiasakan pentingnya memahami kemauan peserta didik, mengutamakan peserta
didik/ sebagai subjek, minat dan bakatnya, serta inisiatif peserta didik,
dengan prinsip bahwa jika ada kemauan pasti ada jalan, maka akan memperoleh
hasil belajar yang optimal.
b.
Lebih
menonjolkan suasana belajar yang menarik, aktif, kreatif, dan menantang, untuk
merangsang motivasi peserta didik, memperhatikan keunikan tiap individu, supaya
seluruh potensi peserta didik berkembang secara optimal.
c.
Lebih
mengutamakan pemberian rasa aman, nyaman, dan gembira dalam suasana belajar
yang menyenangkan, untuk mendorong kreativitas peserta didik.
d.
Memberi
kemudahan-kemudahan dalam proses belajar dan mengajar, serta penanaman konsep
sikap dan nilai-nilai luhur bagi tumbuh kembang peserta didik.
e.
Inti dari semua
proses kegiatan belajar mengajar dan memanajemen kelas adalah mendidik dengan
hati nurani.
0 komentar:
Posting Komentar